kaidah istifham

KAIDAH ISTIFHAM

1.      Qawa’id al-istifham fi al-Qur’an
a.      Pengertian
Istifham berasal dari bahasa Arab, masdar dari kata istafhama yang berarti istaudhaha. Akar katanya adalah lafadz fahima, yang berarti faham, mengerti, jelas. Akar kata ini mendapat tambahan huruf alifsin, dan ta’diawal kata yang salah satu fungsinya adalah untuk meminta. Dengan demikian ia mempunyai arti permintaan penjelasan (thalabul fahmi).[1]
Adapun pengertian istifham secara istilah adalah sebagai berikut, Al-Zarkasyi dalam bukunya Al-burhan fi ulumil Qur’an menjelaskan bahwa istifham ialah mencari pemahaman tentang suatu hal yang tidak diketahui[2]. Dalam Mu’jam al Mufashshal dijelaskan bahwa istifham ialah mencari jumlah tentang hakekat nama, jumlah, serta sifat suatu hal. Sedangkan dalam kitab Al Balaghatul Wadhihah istifham[3]. Istifham didefinisikan mencari pengetahuan tentang segala sesuatu yang sebelumnya belum diketahui. Dari pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian istifham mempunyai satu maksud pokok yaitu mencari pemahaman tentang suatu hal sebagaimana yang diungkapkan pengarang kitab al-Itqan fi ulumil Qur’an[4].
b.      Macam-macam Adawat Istifham Dan Maknanya
Adatul istifham terbagi dalam dua kategori. Pertama, huruf istifham yang berupa hamzah atau hal yang berarti apakah. Kedua, isim istifham, yaitu semua adatul istifham selain yang pertama tadi, yakni ma (apa), anna(dari mana), kam (berapa), aina (dimana), ayyu (apa, siapa).
1.      Huruf hamzah, digunakan untuk menanyakan tentang apa atau siapa yang jawabanya memperlukan ya, atau tidak.
2.      Lafadz hal (apakah)adalah kata tanya untuk konfirmasi, yang memerlukan jawaban ya, atau tidak.
3.      Lafadz ma, digunakan untuk menanyakan sesuatu yang tidak berakal.
4.      Lafadz man (siapa)  dan, man dza untuk menanyakan makhluk berakal
5.      Lafadz mata (kapan/ untuk waktu) digunakan untuk menanyakan waktu, baik yang lampau atau yang akan dating.
6.      Lafadz ayyana, digunakan untuk menanyakan sesuatu yang berkenaan dengan waktu yang akan datang
7.      Lafadz kaifa (bagaimana)  untuk menanyakan keadaan sesuatu.
8.      Lafadz anna, untuk menanyakan asal-usul.
9.      Lafadz kam (berapa) digunakan untuk menanyakan jumlah atau bilangan
10.  Lafadz aina (di mana) digunakan untuk menanyakan tempat.
11.  Lafadz ayyu, untuk menanyakan apa, atau siapa.
Istifham sebagaimana yang telah diuraikan diatas merupakan sebuah pengungkapan yang memiliki bermacam-macam makna, tergantung pada syiyaqul kalamnya. Diantara para ahli berpendapat bahwa istifham yang terdapat dalam al-Qur’an memberikan pengertian bahwa mukhatab (lawan bicara) sesungguhnya mengetahui apa yang ditetapkan dan apa yang dinafikan, seperti dalam QS. 4: 87 dan QS. 76: 1. Dengan pertanyaan ayat-ayat tersebut, Allah mengingatkan makhlukNya perihal perkara yang telah mereka ketahui.[5]
Terkadang istifham keluar dari bentuk pola asalnya sendiri dan mengandung dua makna sekaligus, yakni inkar dan taqrir, seperti dalam QS. 6:81. Di satu sisi orang-orang kafir tidak berhak mendapat jaminan keamanan, dan di sisi lain orang-orang yang beriman berhak mendapatkan keamanan.[6]
Sedangkan dalam Al-Zarkasyi,al-burhan fi ‘Ulum al-Quran, dijelaskan bahwa Pembagian istifham secara umum dibagi dua yaitu istifham yang bermakna khabar dan istifham bermakna insya’.[7]
  1. Istifham bermakna al-khabar, ada dua,
    1. Istifham al-inkari yaitu: apabila ada huruf nafyi yang jatuh setelah huruf istifham atau diatafkan dengan kalimat yang dinafikan. Contohnya
فَهَلْ يُهْلَكُ إِلا الْقَوْمُ الْفَاسِقُونَ
Artinya : Maka tidak ada yang dibinasakan kecuali orang-orang fasik(QS. Al-Ahqaf: 35)
فَمَنْ يَهْدِي مَنْ أَضَلَّ اللَّهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِين
Artinya :
Maka siapakah yang member petunjuk terhadap orang-orang yang telah disesatkan oleh Allah, dan tidak ada seseorangpun yang menjadi penolong buat mereka
  1. Istifham al-taqriri: yaitu suatu pernyataan yang membawa seseorang kepada suatu kepastian. contoh, QS. Al-Fajr: 5
هَلْ فِي ذَلِكَ قَسَمٌ لِذِي حِجْر
Artinya :
Adakah pada demikian itu terdapat sumpah bagi orang-orang berakal?
  • Ada beberapa macam istifham al-taqriri, yaitu:[8]
  1. Sekedar penguat atau penetapan
  2. Ungkapan kepastian yang mengandung kesombongan. Contoh QS. Al-Zukhruf: 51
وَنَادَى فِرْعَوْنُ فِي قَوْمِهِ قَالَ يَا قَوْمِ أَلَيْسَ لِي مُلْكُ مِصْرَ وَهَذِهِ الْأَنْهَارُ تَجْرِي مِنْ تَحْتِي أَفَلَا تُبْصِرُونَ
Artinya:
Fir’aun berseru kepada kaumnya dan berkata: wahai kaumku bukankah aku yang memiliki kerajaan mesir, dan sungai-sungai yang mengalir dibawahku, apakah kamu tidak melihat
  1. Mengandung celaan. contoh, QS. al-Nisa: 97
Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan Malaikat dalam Keadaan Menganiaya diri sendiri[342][9], (kepada mereka) Malaikat bertanya : “Dalam Keadaan bagaimana kamu ini?”. mereka menjawab: “Adalah Kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)”. Para Malaikat berkata: “Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?”. orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali,”
قَالُوا أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوا فِيهَا
Artinya:
Mereka berkata bukankah bumi allah itu luas maka berhijralah
  1. Mengandung Itab (teguran). Contohnya, QS. Al-hadi: 16
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آَمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهوَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقّ
Artinya:
Belum tibakah waktunya orang-orang beriman untuk secara khusyu’ mengingat Allah dan mematuhi kebenaran yang telah diturunkan kepada mereka
  1. Al-Tabkit (celaan). Contoh. QS Al-Maidah, 116
وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّه
Artinya:
Dan (ceritakanlah) ketika Allah berfirman “wahai Isa bin Maryam apakah kamu berkata kepada manusia jadikan saya dan ibuku tuhan selain Allah”
  1. Al-Taswiyah yaitu ayat yang dimulai dengan lafaz سواء على  , contoh QS.Yasin: 10
وَسَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُون
Artinya:
Sama saja buat mereka apakah kamau memberikan peringatan atau tidak  meraka tidak akan beriman
  1. Al-Ta’zim (pengagungan), contoh. QS: Al-Baqarah, 255
مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِه
Artinya:
Siapakah yang bias membeikan syafaat disisnya tanpa izin Allah
  1. Al-Tahwil (mengintimidasi, menakut-nakuti),  contoh, QS: Al-Haqqah: 1-3
الْحَاقَّةُ , مَا الْحَاقَّةُ, وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْحَاقَّة
Artinya:
Hari kiamat ,apakah hari kiamat itu, tahukah kamu apakah hari kiamat itu
  1. Al-Tashil dan Takhfif (memudahkan,meringankan).  contoh, QS.  Al-Nisa: 39
وَمَاذَا عَلَيْهِمْ لَوْ آَمَنُوا بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقَهُمُ اللَّهُ
            Artinya:
Dan kenapa bagi mereka jika mereka beriman kepada Allah swt dan hari kemudian dan menginfakkan sebagian rezki yang telah diberikan Allah kepadanya
  1. Istifham bermakna al-Insya, ada beberapa macam:
    1. Al-Amr bermakna perintah, contoh QS. Al-Nur, 22
أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُم
Artinya:
Apakah kamu tidak suka Allah mengampuni kamu
  1. Al-Nahy bermakna larangan. Contoh, QS. Al-Infitar: 6
يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيم
Artinya:
Wahai manusia apakah yang telah memperdaya kamu (sehingga berbuat durhaka) terhadap tuhanmu yang mulia
  1. Al-tahzir (peringatan). Contoh, QS. Al- Mursalat,16
الَمْ نُهْلِكِ الْأَوَّلِين
Artinya:
Bukankah kami telah membinasakan orang-orang terdahulu
  1. Al-Tazkir (pengingat). Contoh, QS. Yusuf: 89
قَالَ هَلْ عَلِمْتُمْ مَا فَعَلْتُمْ بِيُوسُفَ وَأَخِيهِ إِذْ أَنْتُمْ جَاهِلُون
Artinya:
Tusuf berkata: Tahukah kamu apa yang telah kamu perbuat terhadap Yusuf dan saudaranya, karena kamu tidak menyadari akibat dari perbuatanmu
  1. Al-Tanbih. Contoh,QS. Al-Fil: 1
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيل
Artinya:
Tidakkah engkapa perhatikan bagaiman Allah membinasakan pasukan bergajah
  1. Al-Targib. Contoh, QS. Al-Saf: 10
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيم
Artinya:
Wahai orang-orang beriman maukah kamu saya tunjukkan sesuatu perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih
  1. Al-Tamanni (pengharapan). Contoh, QS. Al-A’araf:53
فَهَلْ لَنَا مِنْ شُفَعَاءَ فَيَشْفَعُوا لَنَا
Artinya:
Maka apakah ada pemberi syafaat bagi kami yang akan memberi pertolongan kepada kami
  1.  Al-Istibta’. Contoh, QS. Al-Baqarah: 214
حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آَمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ
Artinya:
Rasul beserta orang orang beriman yang bersamanya bertanya kapan datang pertolongan Allah, ketahuilah bahwa pertolongan Allah sudah dekat.

c.       Fungsi Adawat Istifham Dan Contohnya

a.       Huruf hamzah, digunakan untuk menanyakan tentang apa atau siapa yang jawabanya memperlukan ya, atau tidak. Seperti firman Allah,
وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنْتَ عَلامُ الْغُيُوبِ
 Artinya : Dan ingatlah ketika Allah berfirman, “Hai Isa putra Maryam. Engkaukah yang berkata kepada orang-orang, “sembahlah aku dan ibuku sebagai tuhan selain Allah?” kemudian ia berkata, “maha suci Engkau, tidak sepatutnya aku mengatakan perkara yang tidak menjadi hak ku.[10] (QS. 5 : 116) Di dalam surat Al-Anbiya huruf hamzah tidak ada, maka untuk contohnya memakai surat An-Nisa.
b.      Lafadz hal adalah kata tanya untuk konfirmasi, yang memerlukan jawaban ya, atau tidak. Seperti firman Allah,
هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ
Artinya : sudah datangkah kepadamu berita(tentang) hari pembalasan?[11] (QS. 88: 1)
c.       Lafadz ma, dan ma dza digunakan untuk menanyakan sesuatu yang tidak berakal. Seperti firman Allah,
مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ
Artinya : “Apakah yang menyebabkan kamu (orang kafir) masuk saqar (neraka)”? mereka menjawab, “ kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang shalat”.[12](QS. 74: 42-43)
فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلَّا الضَّلَالُ
Artinya: Maka apakah setelah kebenaran kecuali kesesatan(QS. Yunus:32)
ما امنت قبلهم من قرية اهلكنها افهم يؤمنون (6)
Artinya: “Penduduk suatu negeri sebelum mereka, yang telah Kami binasakan, mereka itu tidak beriman ( padahal telah Kami kirimkan bukti ). Apakah mereka akan beriman? (Q.S. Al-Anbiya: 6)
d.      Lafadz man dan man dza. Untuk menanyakan makhluk berakal. Seperti firman Allah,
فَمَنْ يَنْصُرُنِي مِنَ اللَّهِ إِنْ عَصَيْتُه
Artinya: Maka siapakah yang akan menolongku dari azab Allah jika saya mendurhakainya. (QS. Al-Hadid:11)
مَنْ ذَاالَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً وَاللَّهُ يَقْبِضُ وَيَبْسُطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
 Artinya : Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.[13](QS. 2: 245)
ومن يقل منهم انّي اله مّن دونه فذلك نجزيه جهنّم كذلك نجزى الظّلمين (29)
Artinya: “Dan barangsiapa di anatra mereka berkata, “Sungguh aku adalah Tuhan selain Allah,” maka rang itu Kami beri balasan dengan Jahannam. Demikianlah Kami beri balasan kepada orang-orang kafir.
e.       Lafadz mata, digunakan untuk menanyakan waktu, baik yang lampau atau yang akan dating. Seperti firman Allah,
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آَمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ
Artinya : Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.[14](QS. 2: 241). Karena lafadz mata  dalam surat Al-Anbiya, maka contoh di ambil dalam surat Al-Baqarah.
f.       Lafadz ayyana, digunakan untuk menanyakan sesuatu yang berkenaan dengan waktu yang akan datang. Seperti firman Allah,
يَسْأَلُ أَيَّانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ
Artinya : Ia bertanya, “ bilakah hari kiamat itu”?[15](QS. 75: 6). Contoh diambil dari surat Al-Qiyamah, karena dalam surat Al-Anbiya tidak ada.
g.       Lafadz kaifa, untuk menanyakan keadaan sesuatu. Seperti firman Allah,
كَيْفَ تَكْفُرُونَ وَأَنْتُمْ تُتْلَى عَلَيْكُمْ آَيَاتُ اللَّهِ وَفِيكُمْ رَسُولُهُ وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللَّهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Artinya : Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus[16].(QS. 3: 101). Di karenakan lafdz kaifa tidak ada, maka contoh di ambil dalam surat Ali-Imran.
h.      Lafadz anna, untuk menanyakan asal-usul, seperti firman Allah,
قَالَ رَبِّ أَنَّى يَكُونُ لِي غُلَامٌ وَكَانَتِ امْرَأَتِي عَاقِرًا وَقَدْ بَلَغْتُ مِنَ الْكِبَرِ عِتِيًّا
Artinya : Zakaria berkata: “Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal isteriku adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua.”[17] (QS. 19: 8)
قَالَ أَنَّى يُحْيِي هَذِهِ اللَّهُ بَعْدَ مَوْتِهَا
Artinya: Ia berkata bagaimana Allah menghidupkan sesuata yang telah mati (QS. Al-Baqarah: 259). Dalam surat Al-Anbiya ayat anna tidak di temukan, maka contoh di ambil dalam surat Al-Baqarah.
i.        Lafadz kam, digunakan untuk menanyakan jumlah atau bilangan. Seperti fiman Allah,
أَوْ كَالَّذِي مَرَّ عَلَى قَرْيَةٍ وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوشِهَا قَالَ أَنَّى يُحْيِي هَذِهِ اللَّهُ بَعْدَ مَوْتِهَا فَأَمَاتَهُ اللَّهُ مِئَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهُ قَالَ كَمْ لَبِثْتَ قَالَ لَبِثْتُ يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ قَالَ بَلْ لَبِثْتَ مِئَةَ عَامٍ فَانْظُرْ إِلَى طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ.
Artinya : Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: “Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?” Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: “Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?” Ia menjawab: “Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari.” Allah berfirman: “Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi beubah.[18](QS. 2: 259)
وكم قصمنا من قرية كانت ظا لمة وامشأنا بعدها قوما اخرين (11)
Artinya: “Dan berapa banyak ( penduduk ) negeri yang zalim yang telah Kami binasakan, dan Kami jadikan generasi yang lain setelah mereka itu (sebagai penggantinya ). (Q.S. Al-Anbiya: 11)
j.        Lafadz aina, digunakan untuk menanyakan tempat. Seperti firman Allah,
أَيْنَ تَذْهَبُونَ
Artinya : Maka kemanakah kamu akan pergi?[19](QS. 81 :26). Karena dalam surat Al-Anbiya tidak ada, maka contoh di ambil dalam surat At-Takwir.
k.      Lafadz ayyu, untuk menanyakan apa, atau siapa. Sperti firman Allah,
كَيْفَ أَخَافُ مَا أَشْرَكْتُمْ وَلَا تَخَافُونَ أَنَّكُمْ أَشْرَكْتُمْ بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا فَأَيُّ الْفَرِيقَيْنِ أَحَقُّ بِالْأَمْنِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
 Artinya : Bagaimana aku takut kepada sembahan-sembahan yang kamu persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujjah kepadamu untuk mempersekutukanNya. Maka manakah di antara dua golongan itu yang lebih berhak memperoleh keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui?[20] (QS. 6: 81). Contoh di ambil dalam surat Al-An’am karena tidak di temukan dalam surat Al-Anbiya.
d. Fungsi Hamzah Istifham Dan Contohnya
Hamzah (أ = A) Dipergunakan untuk menuntut: 1. Tashawwur (penggambaran/konsepsi). 2. Tashdiq (pembenaran nisbat/konfirmasi)
والتصوُّرُ: هوَ إدراكُ المفرَدِ، كقولِكَ: (أعليٌّ مسافرٌ أَمْ خالدٌ؟)، تَعتقِدُ أنَّ السفَرَ حَصَلَ منْ أحدِهما، ولكنْ تَطْلُبُ تعيينَه؛ ولذا يُجابُ بالتعيينِ، فيُقالُ: (عليٌّ)، مَثلًا.
Tashowwur (penggambaran) adalah : hal mengetahui mufrad (salah-satu dari dua bagian penisbatan (musnad ataupun musnad ilaih)).
Contoh kamu berkata:
“A ‘ALIYYUN MUSAAFIRUN AM KHOOLID?”
“Apakah yg pergi itu ALI atau KHOLID?” (menanyakan mufrad yg berupa musnad ilaih)
Kamu meyakini bahwa penisbatan SAFAR/perjalanan telah berhasil terjadi pada salah-seorang keduanya, namun kamu menuntut Ta’yin (penentuan). Oleh karena itu dijawab secara Ta’yin, maka dijawab: “ALI ” misalnya.
والتصديقُ: هوَ إدراكُ النِّسبةِ، نحوُ: (أسافَرَ عليٌّ)؟ تَستفْهِمُ عنْ حصولِ السفَرِ وعدَمِه. ولذا يُجابُ بـ (نعم) أوْ (لا).
Tashdiq (pembenaran) adalah : hal mengetahui nisbat contoh:
“A SAAFARO ALIY?”
“Apakah ALI PERGI?” (menanyakan nisbat/hukum perginya Ali)
Menuntut pengetahuan tentang terjadinya pergi atau tidak, oleh karena itu dijawab “NA’AM=iya” atau “LAA= tidak”
والمسؤولُ عنه في التصوُّرِ ما يَلِي الهمزةَ، ويكونُ لهُ معادِلٌ يُذْكَرُ بعدَ (أمْ)، وتُسَمَّى متَّصِلَةً.
Suatu yang dipertanyakan (dg adat istifham hamzah) dalam hal tashowwur yaitu lafazh yang mengiringi hamzah, kemudian ada lafazh Mu’adil (pertimbangan) yang disebut setelah أم (AM=ataukah) dan dinamakan AM MUTTASHILAH.
فتقولُ في الاستفهامِ عن المسْنَدِ إليه: (أَأَنْتَ فعلْتَ هذا أَمْ يُوسفُ؟(
Contoh dalam istifham tentang musnad ilaih :
أَأَنْتَ فعلْتَ هذا أَمْ يُوسفُ؟
“A ANTA FA’ALTA HADZA AM YUSUF?” = “apakah KAMU yg mengerjakan ini ataukah YUSUF?”
وعن المسْنَدِ: (أَرَاغِبٌ أنتَ عن الأمْرِ أَمْ راغبٌ فيه؟(
Contoh istifham tentang musnad:
أَرَاغِبٌ أنتَ عن الأمْرِ أَمْ راغبٌ فيه؟
“A ROOGHIBUN ANTA ‘ANIL-‘AMRI AM ROOGHIBUN FIIHI?” = “apakah KAMU MEMBENCI perkara itu, ataukah KAMU MENYUKAI-nya?”
وعن المفعولِ: (أَإِيَّايَ تَقْصِدُ أَمْ خالدًا؟( أَإِيَّايَ تَقْصِدُ أَمْ خالدًا؟
Contoh istifham tentang maf’ul:
A IYYAAYA TAQSHIDU AM KHOOLIDAN?
Apakah KEPADAKU kamu bermaksud, ataukah KEPADA KHOLID?
وعن الحالِ: (أراكبًا جئتَ أَمْ ماشيًا؟)
Contoh istifham tentang ha
A ROOKIBAN JI’TA AM MAASYIYAN? = apakah BERKENDARAAN kamu datang, ataukah JALAN KAKI?
وعن الظرْفِ: (أيومَ الخميسِ قَدِمْتَ أَمْ يومَ الجمُعَةِ؟( وهكذا(
Contoh istifham untuk zhorof (waktu/tempat)
A YAUMUL-KHOMIISI QADIMTA AM YAUMAL-JUM’ATI? = apakah HARI KAMIS kamu datang, ataukah HARI JUM’AT?
Demikian juga untuk ta’alluq2 istifham yg lain. (misal jar-majrur, maf’ul mutlaq, liajlih dan sebaginya disebut dalam kitab yg lebih detil)
.وقدْ لا يُذْكَرُ المعادِلُ، نحوُ: (أَأَنْتَ فَعَلْتَ هَذَا؟)، (أَرَاغِبٌ أنتَ عن الأمْرِ؟)، (أإيَّايَ تَقْصِدُ؟)، (أراكبًا جئتَ؟)، (أيومَ الخميسِ قَدِمْتَ؟(
Terkadang tidak menyebut Mu’adil (tapi tetap disebut IDROK TASHOWUR bukan IDROK TASHDIQ dengan mengira-ngira ada mu’adil sebagaimana contoh tersebut diatas).
Contoh :
A ANTA FA’ALTA HADZA? = apakah KAMU yg mengerjakan ini?
A ROOGHIBUN ANTA ‘ANIL-AMRI? = apakah kamu MEMBENCI perkara itu?
A IYYAAYA TAQSHIDU? = apakah KEPADAKU maksudmu?
A ROOKIBAN ANTA? = apakah BERKENDARA kamu datang?
A YAUMAL-KHOMIISI QODIMTA? = apakah DI HARI KAMIS kamu datang?
والمسؤولُ عنه في التصديقِ النِّسبةُ. ولا يكونُ لها معادِلٌ، فإنْ جاءتْ (أمْ) بعدَها قُدِّرتْ منْقَطِعَةً، وتكونُ بمعنى (بلْ).
Hal yg ditanyakan di dalam tashdiq yaitu nisbat, dan tidak ada Mu’aadil. Apabila terdapat أم (am) setelahnya, maka diakdir sebagai AM MUNQOTI’ (Am Munfashilah) dan mempunyai arit BAL = Bahkan.
و (هلْ) لطلَبِ التصديقِ فقطْ، نحوُ: (هلْ جاءَ صديقُكَ)؟ والجوابُ: (نعم) أوْ (لا) ولذا يَمتَنِعُ معها ذِكْرُ المعادِلِ، فلا يُقالُ: (هلْ جاءَ صديقُك أمْ عدوُّك؟(
SUMBER
Izzan Ahmad, Studi Kaidah Tafsir Al-Qur’an Menilik Keterkaitan Bahasa-Tekstual dan makna- kontekstual Ayat (Bandung : Humaniora, 2009)
Chirzin Muhammad, Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an (Yogyakarta : PT Bhakti Prima Yasa, 1998)
https://nahwusharaf.wordpress.com/ilmu-balaghah.../ilmu.../istifham-الاستفهام/




[1] Ahmad Izzan, Studi Kaidah Tafsir Al-Qur’an Menilik Keterkaitan Bahasa-Tekstual dan makna- kontekstual Ayat (Bandung : Humaniora, 2009), h. 33
[2] Muhammad Chirzin, Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an (Yogyakarta : PT Bhakti Prima Yasa, 1998), h.177
[3] Ibid. h. 177
[4] Ahmad Izzan, Studi Kaidah Tafsir Al-Qur’an, h. 33
[5] Muhammad Chirzin, Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an (Yogyakarta : PT Bhakti Prima Yasa, 1998), h .177
[6] Ibid. h. 177
[7] Al-Zarkasyi,al-burhan fi ‘Ulum al-Quran dalam http://sanadthkhusus.blogspot.com/2011/06/al-ziyadah-dalam-al-al-quran.html , di akses pada tanggal 17-10-2012

[8] http://sanadthkhusus.blogspot.com/2011/06/al-ziyadah-dalam-al-al-quran.html , di akses pada tanggal 17-10-2012

[9] [342] Yang dimaksud dengan orang yang Menganiaya diri sendiri di sini, ialah orang-orang muslimin Mekah yang tidak mau hijrah bersama Nabi sedangkan mereka sanggup. mereka ditindas dan dipaksa oleh orang-orang kafir ikut bersama mereka pergi ke perang Badar; akhirnya di antara mereka ada yang terbunuh dalam peperangan itu
[10] Al- Qur’an surat al maidah: 116
[11] Al- Qur’an surat al ghasyiah: 1
[12] Al- Qur’an surat al mudatsir: 42-43
[13] Al- Qur’an surat al baqoroh: 245
[14] Al- Qur’an surat al baqarah: 214
[15] Al- Qur’an surat al qiyamah: 6
[16] Al- Qur’an surat ali imran: 101
[17] Al- Qur’an surat maryam: 8
[18] Al- Qur’an surat al baqarah: 259
[19] Al- Qur’an surat at takwir: 26
[20] Al- Qur’an surat al an’am: 81

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

definisi Fi'il Madhi dalam kitab Jurumiyah

kaidah tafsir al-tikrar